Penatalaksanaan Terapi Latihan Pada Penderita Osteoarthritis Lutut Bilateral (BAB II)

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.Deskripsi Kasus
1. Defenisi
     Osteoarthrosis berasal dari kata-kata dalam bahasa Yunani yang berarti osteo (tulang) artho (sendi) dan itis (peradangan inflamasi). Mungkin deskripsi itu tidak begitu tepat, karena nyeri sendinya lebih menonjol dari inflamasinya dan  merupakan ciri-ciri yang  khas, oleh  karena itu banyak ahli  berpendapat sebaliknya penyakit tersebut disebut sebagai arthrosis yang berarti suatu penyakit  sendi  degeneratif.
     Osteoarthritis sendi lutut adalah salah satu jenis penyakit sendi yang sering dijumpai yang mengenai tulang rawan sendi lutut. Selain itu permukaan sendi lutut atau tulang rawan sendi. Osteoarthritis lutut juga mengenai sekitar sendi lutut seperti: tulang subchondral, kapsul sendi dan otot-otot yang melekat disekitar sendi lutut. Bahwa usia 45 tahun hanya berkurang dari 2% manusia yang menderita osteoarthrosis, angka ini meningkat menjadi 30% pada usia manusia antara 45-64 tahun dan pada usia manusia diatas 65 tahun antara 63%-83% akan menderita osteoarthritis.

     Osteoarthritis sendi lutut atau disebut jaga penyakit sendi degeneratif adalah susatu kelainan pada tulang rawang sendi yang ditandai dengan perubahan klinis,histologist dan radiologis.
     Osteoarthritis adalah kelainan non inflamasi dari sendi yang bergerak (sendi synovial) sehingga menyebabkan gangguan fungsi abrasiu tulang rawan sendi dan pembentukan tulang baru pada permukaan sendi atau disekitarnya.
2. Anatomi fungsional
     Lutut  merupakan sendi yang aneh bentuknya, bila dilihat permukaan sendinya. Nampak bahwa permukaan sendi dari tulang femur dan tulang tibia tidak  terdapat  kesesuaian  bentuk  kedua  condilus   femur   berbentuk sejenis   kontrol   sedangkan tibia  diantaraanya  lebih   rata, pada bagian  dorsal  terdapat  sendi yang kuat serta  diperkuat oleh berbagai  ligament. Permukaan sendi dari distal femur mempunyai dua permukaan bagian anterior disebut femuro patellar yang berbentuk sadel dan tidak simetris dengan permukaan lateral lebih convec, di atas permukaan ini terjadi gerak luncur patella yang merupakan bagian integral dari ekstensi lutut.
a. Tulang
     Tulang yang membentuk sendi lutut antara lain: tulang femur distal, tibia proximal, tulang fibula, dan tulang patella
1). Tulang femur (tulang paha)
     Tulang femur termasuk tulang panjang yang bersendi ke atas dengan pelvis dan ke bawah dengan tulang tibia. Tulang femur terdri dari epiphysis proximal diaphysis dan epiphysis distalis. Pada tulang femur ini yang berfungsi dalam persendian lutut adalah epiphysis distalis. Epiphysis distalis merupakan bulatan sepasang yang disebut condylus femoralis lateralis dan medialis. Dibagian proximal tonjolan tersebut terdapat sebuah bulatan kecil yang disebut epicondylus   lateralis dan epicondylus medialis. Pandangan dari depan, terdapat dataran sendi yang melebar ke lateral yang disebut fades patellaris yang nantinya bersendi dengan tulang patella. Dan pandangan dari belakang, diantara condyluslateralis dan medialis terdapat cekungan yang disebut fossa intercondyloidea.
2). Tulang patella (Tulang tempurung lutut)
     Tulang patella merupakan tulang dengan bentuk segitiga pipih dengan apeks menghadap ke arah distal. Pada permukaan depan kasar sedangkan permukaan dalam atau dorsal memiliki permukaan sendi yaitu fades articularis lateralis yang lebar dan fades articulararis medialis yang sempit.
3). Tulang tibia (tulang kering)
     Tulang tibia terdiri dari epiphysis proximalis, diaphysis distalis. Epiphysis proximalis pada tulang tibia terdiri dari dua bulatan yang disebut condylus lateralis dan condylus medialis yang atasnya terdapat dataran sendi yang disebut fades artikularis lateralis dan medialis yang dipisahkan oleh ementio iniercondyloidea. Lutut merupakan sendi yang bentuknya dapat dikatakan tidak ada kesesuaian bentuk, kedua condylus dari femur secara bersama sama membentuk sejenis katrol (troclea), sebaiknya dataran tibia tidak rata permukaanya, ketidaksesuaian ini dikompensasikan oleh bentuk meniscus. Hubungan-hubungan antara tulang tersebut membentuk suatu sendi yaitu: antara tulang femur dan patella disebut articulatio patella femorale, hubungan antara tibia dan femur disebut articulatio tibio femorale. Yang secara keseluruhan dapat dikatakan sebagai sendi lutut atau knee joint.
4). Tulang fibula
     Tulang fibula ini berbentuk kecil panjang terletak disebelah lateral dan tibia juga terdiri dari tiga bagian yaitu: epiphysis proximalis, diaphysis dan epiphysis distalis. Epiphysis proximalis membulat disebut capitulum fibula yang ke proximalis meruncing menjadi apex capitulis fibula. Pada capitulum terdapat dua dataran yang disebut fades articularis capiluli fibula untuk bersendi dengan tibia. Diapiphysis mempunyai empat crista lateralis, crista medialis, crista lateralis dan fades posterior. Epiphysis distalis ke arah lateral membulat disebutmaleolus lateralis atau mata kaki luar.

b. Ligamen, kapsul sendi dan jaringan lunak sekitar sendi lutut
1). Ligamen
     Ligamen mempunyai sifat extensibility dan kekuatan yang cukup kuat (tensile strength) yang berfungsi sebagai pembatas gerakan dan stabilisator sendi. Ada beberapa ligamen sendi lutut yaitu:
a) Ligamen cruciatum anterior yang berjalan dari depan culimentio intercondyloidea tibia ke permukaan medial condyler lateralis femur yang berfungsi menahan hiperekstensi dan menahan bergesernya tibia ke depan,
b) Ligamen cruciatum posterior berjalan dan fades lateralis condylus medialis femoris menuju ke fossa intercondyloidea tibia, berfungsi menahan bergesernya tibia ke arah belakang,
c) Ligamen collateral lateral yang berjalan dan epicondylus lateralis ke capitulum fibula yang berfungsi menahan gerakkan varus atau samping luar,
d) Ligamen collateral mediale berjalan dari epicondylus medialis ke permukaan medial tibia (epicondylus medialis tibia) berfungsi menahan gerakan valgus atau samping dalam eksorotasi. Namun secara bersamaan fungsi-fungsi ligament colateralle menahan bergesemya tibia ke depan pada posisi lutut 90°,
e) ligament popliteum obliqum berasal dari condylus lateralis femur menuju ke insertio musculus semi membranosus melekat pada fascia musculus popliteum,
f) ligament transversum genu membentang pada permukaan anterior meniscus medialis dan lateralis.
2). Kapsul sendi
     Kapsul sendi lutut terdiri dari dua lapisan yaitu :  stratum fibroswn dan atratum synovial. Stratum fibroswn merupakan lapisan luar yang berfungsi sebagai penutup atau selubung  stratum synovial yang bersatu dengan bursa suprapatellaris, stratum synovial ini merupakan lapisan dalam yang berfungsi memproduksi cairan synovial untuk melicinkan permukaan sendi lutut. Kapsul sendi lutut ini termasuk jaringan fibrosus yang avasculer sehingga jika cedera sulit untuk proses penyembuhan.
3). Jaringan lunak
a). Meniscus
     Meniscus merupakan jaringan lunak, meniscus pada sendi lutut adalah meniscus lateralis, Adapun fungsi meniscus adalah: (1). penyebaran pembebanan (2). peredam kejut atau shock absorber (3). mempermudah gerakan rotasi (4). mengurangi gerakan dan stabilisator setiap penekanan akan diserap oleh meniscus dan diteruskan ke sebuah sendi.
b). Bursa
     Bursa merupakan kantong yang berisi cairan yang memudahkan terjadinya gesekan dan gerakan, berdinding tipis dan dibatasi oleh membran synovial. Ada beberapa bursa yang terdapat pada sendi lutut antara lain (1). bursa popliteus, (2). bursa supra pateliaris (3). bursa infra paterallis (4). bursa sulcutan prapateliaris (5). bursa sub patelliaris ( Eveyln, 2002).
c. Sistem persyarafan
     Pada regio lutut, tungkai mendapat persyarafan dari nervus ischiadicus yang berasal dari serabut lumbal ke-4 sampai dengan sacrum ke-3. Ini merupakan serabut yang terbesar di dalam tubuh yang keluar dan foramen ischiadicus mayor, berjalan terus disepanjang permukaan posterior paha ke ruang poplitea, lalu syaraf ini membagi dua bagian yaitu: nervus peroneus communis dan nervus tibialis. Nervus peroneus communis pada dataran lateral capitulum fibula akan pecah menjadi nervus superficialis.
d. Sistem peredaran darah
1). Sistem peredaran darah arteri
     Peredaran darah yang akan dibahas kali ini adalah sistem peredaran darah yang menuju ke tungkai dan vena yang juga memelihara darah sekitar sendi lutut, Arteri yang memelihara darah sekitar sendi lutut, arteri yang memelihara sendi lutut.
a) Arteri fermoralis
     Merupakan lanjutan dari arteri iliaca external yang keluar dan cavum abdominalis lacuna vasorum lalu berjalan ke lateral dari venanya kemudian ke bawah menuju kedalam fossa illipectiana kemudian masuk ke canalis addectorius sehingga arteri poplitea masuk ke fossa poplitea di sisi medial femur, lalu arteri femoralis bercabang menjadi cabang arteri superficial dan cabang profunda.
b) Arteri poplitea
     Arteri poplitea merupakan lanjutan dari arteri femoralis masuk melalui canalis adduktorius, masuk fossa poplitea pada sisi flexor lutut, bercabang 17 menjadi (1) a. genus superior lateralis, (2) a. genus superior medialis (3) a. genus inferior lateralis (4) a. genus inferior medialis.
2). Sistem peredaran darah vena
     Pada umumnya peredaran darah vena berdampingan dengan pembuluh darah arteri. Pembuluh darah vena pada tungkai sebagian besar bermuara ke dalam vena femoralis. Vena-vena itu adalah: (a) vena shapena parva, berjalan di belakang maleolus lateralis berlanjut ke (b) vena poplitea dan mengalirkan terus ke (c) vena saphena magna dan bermuara ke dalam (d) vena femoralis
e. Otot-otot penggerak sendi lutut
     Lutut juga di perkuat oleh dua group otot yang besar yaitu group ekstensor dan group fleksor . Group ekstensor adalah otot quadriceps yang terdiri dari rectus femoris, vastus medialis, vastus lateralis dan vastus intermedius. Sedangkan yang termasuk group fleksor lutut adalah otot-otot hamstring yang terdiri dari otot biceps femoris, semi tendinosus dan semi membranosus.
f. Biomekanik lutut
     Biomekanik adalah ilmu yang mempelajari gerakan tubuh manusia. Pada bahasan Karya Tulis Ilmiah ini penulis hanya membahas komponen kinematis. ditinjau dari gerak secara osteokinematika dan secara artrokinematika yang terjadi pada sendi lutut.
1. Osteokinematika
     Lutut termasuk dalam sendi giglyus (hinge modified) dan mempunyai gerak yang cukup luas seperti sendi siku, luas gerak flexinya cukup besar. Osteokinematika yang memungkinkan terjadi adalah gerak flexi dan extensi pada bidang segitiga dengan lingkup gerak sendi untuk gerak flexi sebesar 130° hingga 135° dengan posisi extensi 0° atau 5°, dan gerak putaran ke dalam 30° hingga 35° sedangkan putaran keluar 40° hingga 45° dari awal mid posisi. Flexi sendi lutut adalah gerakan permukaan posterior ke bawah menjauhi permukaan posterior tungkai bawah. Putaran ke dalam adalah gerakan yang membawa jari-jari ke arah sisi dalam tungkai (medial). Putaran keluar adalah gerakan membawa jari-jari ke arah luar (lateral) tungkai. Untuk putaran (rotasi) dapat terjadi pada posisi lutut flexi 90°, R (< 90°).
2. Artrokinematika
     Pada kedua permukaan sendi lutut pergerakan yang terjadi meliputi gerak slidding dan rolling, maka disinilah berlaku hukum konkaf-konvek. Hukum ini menyatakan bahwa ”jika permukaan sendi cembung (konvek) bergerak pada permukaan sendi cekung (konkaf)” maka pergerakan slidding dan rolling berlawanan. Dan ”jika permukaan sendi cekung bergerak pada permukaan sendi cembung, maka gerak slidding dan rolling searah”. Pada permukaan femur cembung (konvek) bergerak, maka gerakan slidding dan rolling berlawanan arah. Saat gerak flexi femur rolling kearah belakang dan sliddingnya ke depan untuk gerak extensi rollingnya keventral dan sliddingnya kebelakang. Dan pada permukaan tibia cekung (konkaf) bergerak, flexi   ataupun extensi menuju ke depan atau ventral.
3. Patologi
     Osteoarthritis terjadi akibat kondrosit gagal dalam mensintesis matriks estra seluler yang berkualita yang mampu memelihara sintesis dan degradasi matriks estra seluler sendir, sehingga produksi kologen , terganggu sehingga terjadi proteoglikan yang pendek. Penurunan sintesis inhibitor proteinase yang berfungsi menghambat funngsi enzim penghancur matriks ekstra seluler. Sintesis kondrosit6 yang abnormal disebabkan berbagai sitokin, mediator lipid (prostaglandin), radikal bebas dan kontstituen fragmen fibronektin.
     Keseimbangan antara proses antabolik dan katabolic (repair and damage ) selalu terjadi pada kartilago sendi (Soeroso, 2005) sangat penting untuk menghindari kerusakan tulang rawang sendi (Adnan, 2007). Maroudas A, telah lama (1968) menunjukkan bahwa rawan sendi memiliki kemampuan reparatif yang buruk . Oleh karenanya pada kerusakan rawan sendi akibat OA, terlihat kerusakaan matriks ekstra seluler dan proliferasi kondrosit (Sandell, Hering, 2001, Reddi, 2003 dikutip Kasjmir, 2005). Pada awalnya akan terlihat peningkatan  sintesis berbagai konstituen rawan sendi terutama kolagen tipe II dan diikuti oleh aktifitas dari enzim degradatif.  
     Pada awal terdapat proses dekradasi, reparasi dan inflamasi yang terjadi pada jaringan ikat, lapisan rawan, sinovium dan tulang subkondral. Pada saat penyakit aktif salah satu proses dapat dominan atau beberapa proses terjadi bersam dalam tingkatan intensitas yang berbeda. OA lutut berhubungan dengan berbagai deficit patofisiologi seperti instabilitas sendi lutut, menurunnya lingkup gerak sendi, disuse atropi dari otot quadriceps dimana otot ini sebagai stabilisator utama sendi lutut dan sekaligus untuk melindungi struktur sendi lutut. Pada penderita usia lanjut kekuatan otot quadriceps bisa menururn hingga 1/3 nya dibandingkan dengan kekuatan otot quadriceps pada usia yang sama yang tidak menderita OA lutut. Penurunan kekuatan otot terutama disebabkan oleh atropi ototyang bertanggung jawab untuk menghasilakan tenaga secara cepat.
a. Etiologi
     Berdasarkan kriteria A.R.A (American Rheumaticam Associaton), osteoarthritis dapat dilklasifikasikan sebagai berikut:
1) Osteoarthritis primer
     Penyebabnya berupa idiopatik dan erosive Osteoarthritis. Osteoarthritis primer dikatakan sebagai perubahan degeneratif yang penyebabnya tidak diketahui. Saiter menyebutkan sebagai ”aging process” dan sendi normal.
2) Osteoarthritis sekunder
     Adalah penyebab osteoarthritis yang menyertai kelainan seperti kongenital atau kelainan pertumbuhan (contoh: osteochondrosis), penyakit metabolik (contoh: Gout), trauma, inflamasi (contoh: Rheumatoid arthritis). Disebut Osteoarthritis sekunder karena diketahui penyebabnya.
Adapun faktor predisposisi terjadinya osteoarthritis sendi lutut adalah :
(a). Umur
     Angka kejadian dan derajat beratnya osteoarthiritis sendi lutut semakin meningkat dengan bertambahnya umur. Sebagai fakta harus diterima bahwa makin tua makin turun kualitas tulang  rawan sendi  lutut. Tulang rawan sendi sebagai bantalan penahan tekanan semakin tua semakin kurang elastisitasnya.
(b). Obesitas
     Pada keadaan normal berat badan akan mempengaruhi media sendi lutut dan akan diimbangi otot-otot paha bagian lateral sehingga resultant gaya akan melewati bagian tengah atau sentral sendi lutut. Pada obesitas resultant gaya akan bergeser ke medial sehingga beban gaya yang diterima sendi lutut tidak seimbang.
(c). Cidera sendi
      Cidera (misalnya robeknya meniscus, ketidakstabilan ligament dapat menjadi  predisposisi osteoarthritis lutut.
(d). Jenis kelamin
     Wanita lebih sering terkena osteoarthritis, dibandingkan pria
(e).  Gangguan mekanik.
            Kelainan perubahan pada bentuk sendi lutut mempermudah atau mempercepat terwujutnya osteoarthritis
(f).  Faktor metabolik
           Deposit kristal  asam urat  adalah  manisfestasi  ganguan  metabolism yang mendasari arthritis gout dan condro calsinosis . keadaan ini dapat berlanjut menjadi osteoarthritis. Diabetes mellitus berperan sebagai faktor predisposisi timbulnya osteoarthritis.
b. Perubahan patologi
     Pada kondisi osteoartritis terjadi perubahan lokal pada cartilago berupa timbulnya bulla atau blister yang menyebabkan serabut kolagen terputus proteoglikan mengalami pembengkakan pada tahap laju, terjadi perubahan air proteoglikan dan bercerai berai yang mengakibatkan struktur dan tulang rawan sendi rusak. Dimana tulang rawan sendi mengadakan reaksi dengan hiperaktifitas pembentukan jaringan kolagen baru dan proteoglikan namun reaksi ini kadang tidak menolong. Pada jaringan juga mengadakan selerotis hilang dan akhimya terjadi disorganisasi sendi dan diikuti dengan absorbsi kapsula yang berlanjut di dalam suatu kondisi sinovitis yang menyebabkan terjadinya ankilosis.
     Pada Osteoarthritis terdapat proses degradasi, reparasi dan inflamasi yang terjadi dalam jaringan ikat. lapisan rawan, sinovium dan tulang subchondral. Perubahan-perubahan yang terjadi pada Osteoarthritis adalah sebagai berikut:
1. Degradasi tulang rawan sendi, yang timbul sebagai akibat danketidakseimbangan antara regenerasi dan degenerasi rawan sendi melalui beberapa tahap yaitu fibrasi, pelunakan, perpecahan, dan pengelupasan lapisan rawan sendi. Proses ini dapat berlangsung cepat dan lambat. Untuk proses cepat dalam waktu 10-15 tahun sedang yang lambat 20-30 tahun. Akhirnya permukaan sendi menjadi botak tanpa lapisan rawan sendi.
2. Osteofit, bersama timbulnya degenerasi tulang rawan sendi. Selanjutnya diikuti reparasi tulang rawan sendi. Reparasi berupa pembentukan osteofit ditulang subchondral.
3. Sklierosis subchondral, pada tulang subchondral terjadi reparasi berupa sklerosis (pemadatan atau penguatan tulang tepat di bawah lapisan rawan yang mulai rusak).
4. Sinovitis adalah inflamasi dan sinovium yang terjadi akibat proses sekunder degenerasi dan fragmentasi. Sinovitis dapat meningkatkan cairan sendi. Cairan lutut yang mengandung bermacam-macam enzim akan tertekan ke dalam celah-celah rawan, ini akan mempercepat proses pengrusakan tulang rawan.
            Dengan adanya perubahan-perubahan tersebut, sifat-sifat biomekanis tulang rawan sendi akan berubah, sehingga akan menyebabkan tulang rawan sendi rentan terhadap beban yang biasa.
c. Gambaran klinis
Secara klinis Osteoarthritis dapat dibagi menjadi tiga tingkatan yaitu:
1. Subklinis, pada tingkatan ini belum ada keluhan atau tanda kilnis lainnya. Kelainan baru terbatas pada tingkat sekunder dan biokimiawi rawan sendi.
2. Osteoartritis manifest, pada tingkatan itu biasanya penderita datang ke dokter. Kerusakan rawan sendi bertambah luas disertai reaksi peradangan. Tanda dan gejala yang muncul adalah nyeri setelah bergerak beberapa saat, kaku sendi saat memulai gerakan.
3. Osteoartritis decompensasi, pada tingkatan ini rawan sendi setelah rusak sama sekali biasanya diperlukan tindakan bedah. Tanda dan gejala yang muncul adalah saat istirahat terasa nyeri,
d. Tanda dan Gejala Klinis
Adapun tanda dan gejala klinis dari osteoarthritis sendi lutut adalah :
            1. Nyeri
            Terjadinya nyeri pada OA lutut dapat dijelaskan dari beberapa kemungkinana, antara lain : (a) nyeri yang berasal dari tulang akibat adanya peningkatan tekanan interoseous, (b) nyeri yang bersal dari poriosteum tulang yang terelevasi akibat pembentukan osteofit pada tepi tulang, (c) peregangan kapsul sendi akibat efusi sendi atau proses sinovitis, (d) adanya sindroma periarticular sekunder, bursitis atau tenosinovitis, (e) nyeri muskular akibat  regangan pada otot karena efusi sendi atau karena spasme otot.
            2. Kaku Sendi, muerupakan gejala yang paling sering dijumpai pada penderita osteoarthritis sendi  lutut , terjadi kesulitan atau kaku pada saat akan memulai gerakan.
            3. Keterbatasan lingkup gerak sendi .
            4. Krepitasi disebabkan oleh permukaan sendi yang kasar karena hilangnya tulang rawan sendi.
            5. Kelemahan dan atrophi otot lebih disebabkan oleh meniscus.
            6. Deformitas osteoarthritis yang berat akan menyebabkan destruksi tulang tulang rawan   sendi dan  jaringan lunak sekitar sendi.
            e.  Gangguan Fungsional
            Penderita sering mengalami kesulitan dalam melaksanakan fungsional dasar seperti bangkit dari duduk,jongkok,berlutut/ jalan, naik turun tangga atau fungsional yang membebani sendi lutut.
            f.  Diagnosis
            Diagnosis osteoarthritis sendi lutut umumnya didasarkan pada gabungan gejala klinis dan perubahan radiografi. Gejala klinis perlu diperhatikan oleh karena tidak semua pasien dengan perubahan radiografi osteoarthritis sendi lutut mempunyai keluhan sendi.
            g. Komplikasi
     Penyakit ini apabila tidak mendapat penanganan yang baik dan tepat, maka memerlukan berbagai masalah baru yang teriadi akibat proses penyakit itu sendiri. Seperti adanya spur (osteofit) sehingga teriadi proses penghancuran tulang rawan sendi. Tulang subkondral lama kelamaan dapat menusuk pada metafisis dari tulang tibia dan tulang femur sebagai akibatnya terjadi komplikasi seperti nyeri, kaki terbentuk varus dan valgus, atrofi kelemahan otot meniscus quadriceps femoris, menurunya ketahanan struktur dan komplikasi deformitas varus dan valgus. Terganggunya aktifitas sehari-hari seperti aktifitas beribadah, jongkok, duduk, bendiri dan jalan.
B.  Deskripsi Problematika Fisioterapi
            1.  Impairment
            a. Nyeri
Menurut International Associational  for the study of  pain  (IASP) mendefinisikan  nyeri  sebagai pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan baik factual maupun potensial atau yang digambarkan  dalam bentuk kerusakan tersebut. serta terkait oleh kesadaran. Mekanisme terjadinya nyeri pada OA sendi lutut dapat dijelaskan beberapa kemungkinan, antara lain :
1. Nyeri  yang  berasal  dari  tulang  akibat adanya peningkatan tekanan interoseous pada tulang subkondral.
2. Nyeri yang berasal dari periosteum tulang yang terelevasi akibat pembentukan osteofit pada tepi tulang.
3. Peregangan kapsul sendi akibat efusi sendi atau proses sinovitis.
4. Adanya sindroma periarticular sekunder, bursitis atau tenosinoviti,
5. Nyeri  muskular  akibat   regangan  pada  otot   karena  efusi  sendi atau karena spasme otot.

             Pada stadium dini nyeri terjadi sesudah pemakaian sendi lutut dan hilang dengan istirahat Seiring dengan bertambahnya derajat berat penyakit, nyeri terjadi dengan gerakan minimal atau bahkan saat istirahat sekalipun .

            b.  Penurunan lingkup gerak sendi
            Pada osteoarthritis sendi lutu penurunan lingkup gerak sendi dapat disebabkan adanya nyeri, spasme otot atau dapat juga disebabkan oleh karena pemendekan kapsul sendi.
            c.  Penurunan kekuatan otot
            Penurunan kekuatan otot pada osteoarthritis sendi lutut diantaranya dapat disebabkan oleh karena immobilitas sendi lutut oleh karena nyeri yang berkepanjangan yang menyebabkan mengecilnya serabut otot.
            2.  Fungsional Limitation
Adalah  merupakan  suatu  probrem  yang  berupa  penurunan  atau  keterbatasan  saat  melakukan  aktifitas fungsional sebagian akibat adanya impairment. dan aktifitas fungsional aktifitas lutut untuk jalan jauh teras susah dan merasakan nyeri, jongkok berdiri saat buang air besar (BAB) terasa nyeri.
            3. Disability
            Adalah merupakan problem yang berupa gangguan, terhambatnya dan ketidakmampuan dalam beraktifitas bersosialisasi kepada masyarakat disekitar misalnya pergi berkerja bakti, pergi berjalan jauh ke pengajian di mesjid,pergi main ke rumah tetangga yang jauh, sehingga dengan perjalanan jauh pasien merasakan nyeri dan sakit.
C. Teknologi Intervensi Fisioterapi
            Penanganan yang efektif pada penderita osteoarthritis sendi lutu menyangkut kontrol nyeri atau pengurangan nyeri dan kontrol tahanan eksternal. Kontrol nyeri dapat dicapai melalui standar modalitas fisioterapi yang meliputi modalitas : Terapi Latihan.
            Berikut ini penulis paparkan atau perdalam tinjauan teoritis modalitas yang penulis gunakan dalam menangani kasus osteoarthritis sendi lutut yaitu Terapi Latihan.:
            a. Terapi Latihan
Terapi latihan merupakan salah satu latihan modalitas fisioterapi yang pelaksanaannya menggunakan gerak tubuh baik secara aktif maupun pasif untuk memelihara atau perbaikan kekuatan, ketahanan dan kemampuan kardiovaskuler mobilitas dan fleksibilitas, stabilitas, rilaksasi, kordinasi, keseimbangan dan kemampuan fungsional.
Terapi latihan adalah petunjuk gerakan tubuh untuk memperbaiki penurunan fungsi, meningkatkan fungsi musculoskeletal dalam keadaan yang baik. Terapi latihan merupakan tindakan fisioterapi dan dalam pelaksanaanya menggunakan bertujuan: (1) mengurangi pembentukan perlengketan jaringan lunak, (2) menjaga elastisitas jaringan, (3) mengurangi kontraktur, (4) mengurangi nyeri.
b. Tujuan dari terapi latihan adalah:
1. untuk mengurangi nyeri,
2. mengurangi spasme,
3. mobilitas spasme,
4. meningkatkan kekuatan dan daya tahan otot,
5. meningkatkan lingkup gerak sendi.
Untuk mencapai tujuan tersebut maka latihan yang efektif adalah latihan:
1). Latihan passive movement
      Adalah suatu latihan yang digunakan dengan gerakan. Yang dihasilkan oleh tenaga atau kekuatan dari luar tanpa adanya kontraksi otot atau aktifitas otot. Semua gerakan dilakukan sampai batas nyeri atau toleransi pasien. Efek pada latihan ini adalah memperlancar sirkulasi darah, relaksasi otot, memelihara dan meningkatkan luas gerak sendi, memperbaiki pemendekan otot, mengurangi perlengketan jaringan. Tiap gerakan dilakukan sampai batas nyeri pasien. Gerakan passive movement ini dibagi menjadi 2 yaitu:
a). Relaxed passive movement
     Ini adalah gerakan yang terjadi oleh kekuatan dari luar tanpa diikuti kerja otot dari bagian tubuh itu sendiri. Dosis lalihan 2 x 8 hitungan tiap gerakan.
b). Forced passive movement
     Adalah gerakan yang terjadi oleh karena kekuatan dari luar tanpa diikuti kerja otot tubuh itu sendiri tetapi pada akhirnya gerakan diberikan penekanan. Gerakan ini bertujuan: (1) mengurangi pembentukan perlengketan jaringan lunak, (2) menjaga elastisitas jaringan, (3) mengurangi kontraktur, (4) mengurangi nyeri.
     Latihan passive pada sendi panggul ini posisi pasien tidur terlentang dan posisi terapis disamping pada sisi yang sakit (sisi kanan). Tangan kanan terapis pada daerah hamstring dan tangan kiri pada gastrocnemius sebagai support, kemudian digerakkan ke arah flexi-extensi, abduksi, adduksi pada sendi panggul. Kemudian untuk gerakan ankle terapis fiksasi pada pergelangan kaki. Dan telapak kaki digerakkan plantar-dorsal flexi, inversi-eversi dan rotasi serta gerakan jari-jari kaki. Dosis terapi 2 x 8 hitungan tiap gerakan.
2).    Latihan active movement
            a).  Latihan isometrik kontraksi pada otot guadriceps.
            Static contraction atau isometrik adalah suatu terapi latihan dengan cara mengkontraksikan otot tanpa disertai perubahan panjang olot maupun pergerakan sendi. Tujuan dari kontraksi isometris atau static contraction adalah pumping action pembuluh darah balik, yaitu terjadinya peningkalan perifer resistance of blood vessels. Dengan adanya hambatan pada perifer maka akan didapatkan peningkatan blood pressure dan secara otomatis cardiac output meningkat sehingga mekanisme metabolisme menjadi lancar dan sehingga oedem menjadi menurun. Karena oedem menurun maka tekanan ke serabut saraf sensoris juga menurun sehingga nyeri berkurang.
      Istilah isometrik berasal dari kata iso yang berarti sama atau konstan dan metric yang berarti panjang. Dengan demikian, kontraksi isometrik berarti kontraksi otot tanpa disertai perubahan  panjang  otot  atau  gerakan  sendi. Latihan isometrik terutama ditujukan bagi penderita OA dengan keadaan sendi yang akut (nyeri dan inflamasi) dan tidak stabil. Kontraksi isometrik menghasilkan tekanan yang rendah terhadap sendi dan ditoleransi baik oleh penderita OA yang mengalami nyeri dan pembengkakan sendi.

      Latihan ini dapat meningkatkan kekuatan (strength) dan ketahanan statik (static endurance)  otot. Berguna untuk mempersiapkan sendi untuk gerakan yang lebih dinamik dan merupakan titik awal untuk kebanyakan program latihan penguatan otot.

            Prosedur latihan diatas adalah : Pasien tidur terlentang diatas bed dengan kedua lutut lurus. Pasien dimintakuntuk menekankan lututnya ke bed dan  dipertahankan selama 6 detik kemudian diikuti fase rilaksasi. Gerakan tersebut dilakukan dua kali sehari dengan pengulangan tiap sesinya 10 kali pengulangan.
            b). Latihan untuk penguatan otot guadriceps dengan beban bantal pasir berat  ¼  kg.
            Prosedur latihan diatas adalah : Pasien duduk dikursi dan kedua telapak kaki kontak dengan lantai. Selanjutnya punggung kaki dari lutut yang sakit diberikan beban berupa bantal pasir seberat ¼ kg. Pasien dimintak untuk mengekstensikan lututnya hingga penuh dan dipertahankan selama 6 detik. Latihan ini dilakukan 2 kali sehari dengan pengulangan 20 kali untuk setiap sesinya.
            c). Latihan untuk menambah lingkup gerak sendi (LGS) sendi lutut.
            Prosedurnya adalah : Pasien tidur tengkurap. Pasien dimintak untuk memfleksikan dan mengekstensikan lututnya secara bergantian. Latihan ini dilakukan 2 kali sehari dengan pengulangan 20 kali untuk ssetiap sesinya .
3). Assisted active movement
Adalah gerakan yang terjadi karena kontraksi otot pasien dibantu oleh kekuatan dari luar (Kisner, 1996) Bantuan berupa alat atau dari terapis. Latihan ini dapat dilakukan dengan posisi tengkurap untuk fleksi knee, tangan terapis memfiksasi pada otot hamstring dan tangan yang satunya membantu nmenggerakkan. Dilakukan secara bergantian 8x2 hitungan.
4). Free active movement
     Adalah gerakan yang berasal dan otot itu sendiri (Kisner, 1996) Latihan pada sendi lutut ini dikerjakan dengan posisi tidur tengkurap atau duduk di tepi bed dengan pasien disuruh menggerakkan fleksi ekstensi. Yang penting tidak dikerjakan dengan posisi menumpu berat badan penuh karena dapat memperberat kerusakan sendinya. Dilakukan secara bergantian 8x2 hitungan.
5). Resisted active movement
     Adalah suatu bentuk latihan gerak dimana dalam melakukan gerakan diberikan tahanan dan terapis. Latihan ini dilakukan dengan posisi tidur tengkurap, posisi terapis disamping pasien memfiksasi. Tangan kiri berada pada lutut atas dan tangan satu pada pergelangan kaki. Terapis memberikan tahanan minimal dan pasien disuruh menggerakkan atau melawan gerakan tadi ke arah fleksi. Dilakukan secara bergantian kanan dan kiri 8x2 hitungan.
6). Hold relax
     Adalah suatu teknik yang mengarah pada kontraksi isometrik rileksasi optimal dan kelompok otot antagonis yang memendek, kemudian otot tersebut rileks, cara pelaksanaannya teknik hold relax,
a).  gerakan atau dimana nyeri terasa timbul,
b). terapis memberi tahanan pada kelompok antagonus yang meningkat perlahan-lahan dan pasien harus meningkat perlahan-lahan dan pasien harus melawan tahanan tersebut,
c). instruksi yang diberikan tahan disini,
d). rileksasi pada kelompok otot antagonis, tunggu beberapa saat sampai ototnya rileks.
e). gerakan aktif dalam pola agonis .
Ditulis Oleh : "Ade Putra Suma"
ade putra suma Terima Kasih atas kunjungan Anda. Saat ini Anda sedang membaca artikel tentang Penatalaksanaan Terapi Latihan Pada Penderita Osteoarthritis Lutut Bilateral (BAB II). Jika Anda ingin mengcopy-paste atau menyebar-luaskan artikel ini, jangan lupa untuk meletakkan link dibawah ini sebagai sumbernya, Terima Kasih.
Artikel Terkait:

Belum ada komentar untuk "Penatalaksanaan Terapi Latihan Pada Penderita Osteoarthritis Lutut Bilateral (BAB II)"

Posting Komentar